Tuesday, January 6, 2009

Anti-Valentine’s Day Anti Berkirim Kartu Ucapan Hari Valentine

Satu bulan lebih lagi, 14 Februari, saat sejumlah orang merayakan hari Valentine, di Cirebon sekelompok siswa justru merazia teman sekolahnya yang membawa pernak-pernik Valentine. Menurut mereka, peringatan Valentine’s Day adalah kebudayaan sekuler yang tidak mencerminkan ketimuran (Tempo Interaktif, 14 Februari).

Saya tidak akan memberikan pendapat soal setuju atau tidak setuju. Ini masalah yang berkaitan dengan keagamaan, dan mereka boleh memiliki ijtihadnya sendiri.


Yang saya tidak setuju adalah caranya. Masih SMA kok sudah senang razi. Saya berpikir, bagaimana jika demonstrasi anti Valentine itu dibuat berbeda. Bukan cuma orasi dan pasang poster caci maki, apalagi razia seperti itu. Cobalah lebih kreatif, karena untuk didengar orang, demonstrasi harus berbeda. Sekarang demonstrasi, dengan berbagai isu, sudah teramat jamak dilakukan. Jadi, kalau tidak beda, akan dianggap angin lalu.


Sekadar berandai-andai dan contoh, bagaimana kalau sikap anti Valentine itu digelar dengan merayakan hari di tanggal 14 Februari (atau 13?). Yang datang tidak diminta membawa poster dan orasi dengan tangan terkepal, tapi cukup dengan membawa foto mantan kekasih dan membakarnya. Kalau masih mau orasi, buatlah lagu atau puisi tentang para mantan itu. Pasti seru! Anti Valentine Card | Aku Anti Berkirim Kartu Ucapan Hari Valentine


Demonstrasi yang berbeda pernah dilakukan oleh para bapak yang karena bercerai tidak boleh lagi menjenguk anaknya, atau paling tidak dibatasi. Dan pengadilan selalu memberikan hak asuh kepada ibu jika perceraian terjadi. Mereka memprotes diskriminasi gender ini dengan berdemo memakai baju superhero seperti Spiderman. Cukup menarik, dan banyak wartawan foto mengabadikannya.


So, saya tidak akan menutup posting ini dengan mengucapkan “Happy Valentine’s Day,” karena mereka pasti akan memprotesnya.

0 comments:

Post a Comment