Thursday, March 20, 2008

MAMA Have you gotta be kidding me..?

MAMA " Have you gotta be kidding me..?"


Tergopoh-gopoh aku turun dari motor, ketika kutemukan Gentong, Ember, Baskom berisi air yang biasanya habitat mereka dikamar mandi, kenapa tiba-tiba mengungsi ke teras rumahku...??

Lalu diruang tamuku kulihat papa bertelanjang dada, menampakkan tatto sendok garpunya yang terlukis dilengan kirinya, pria bertatto itu tengah bersandar didinding rumahku.

Keringat peluh membasahi kerutan-kerutan wajahnya di usia senjanya yang menapaki usia 73 tahun, tak perna aku melihat sosok kebanggaanku ini begitu lelah walau hari-harinya memaksa dia untuk menggenjot mesin parut kepala untuk mengepulkan asap dapur kami, Ia sama sekali tak perna mengeluh kelelahan atau melukiskan kata lelah diwajahnya.

Tapi malam ini, ia nampak lusuh, nafasnya turun naik, berburu dengan keringat peluh yang membasahi tubuhnya.

Padahal sweeter yang melekat basah dibadanku menyakinkan aku kalau diluar hawa begitu dingin dan baru saja tanah makassar diguyur hujan deras, sisa-sisa hujan masih terasa dengan gerimis kecil yang menerpaku disepanjang perjalanan kerumah.

" Pa kenapa ki..??" -" Pak kenapa..??"- tanyaku dengan setumpuk penasaran apalagi menjumpai keadaan didalam rumah yang jauh lebih parah.


Nampak juga kujumpai tumpukkan pakaian-pakaian yang ikut melakukan pengungsian dari lemari tempat mereka bermukim kini tengah menyatu dalam bungkusan sarung dan seprai.

Lalu bungkusan tersebut ditumpuk-tumpuk secara tak beraturan, mengingatkanku pada pemandangan dikamp-kamp pengungsian para korban banjir, korban kebakaran dan korban lumpur Lapindo.

Tapi disini tidak ada banjir..??
Tidak ada juga kebakaran..??
apalagi lumpur Landipo, ada apa ini...??

Aku semakin penasaran!

Lalu kutatap kembali Papa yang sedang mengatur pernapasannya, tiba-tiba hatiku meringis dalam,. ada yang menyayat halus, pelan namun perih!

Lalu dengan terbata-bata Papa berkata ;

" ii...i...ttuu...lis..t..lis...tr..iik...aa..a..am..pir..ba..kar..ru..ma.."

Aku terperanjat kaget demi mendengar penjelasan Papa yang terbata-bata, kaget karna ternyata aku hampir saja kehilangan rumah mungilku; Rumah type 36 yang masih dalam lilitan kredit dibank.

Ya Tuhan, belum juga lunas udah terancam terbakar, ck..ck...ck...

" Kok bisa..??" tanyaku lagi.

tapi buru-buru kuberikan isyarat kepada papa untuk tidak menjawab pertanyaanku, kini kutahu papa baru mengalami kejadian yang membuatnya hampir berhenti bernapas!

Lalu kumandatkan pertanyaan itu kepada Mama, yang kulihat lebih tenang tengah mengembalikan satu-persatu pakaian kedalam rak lemari, disusunnya secara rapi seperti semula sebelum pakaian-pakaian tersebut berencana ikutan mengungsi entah kemana.

Kulihat juga kelelahan dalam butiran-butiran keringatnya yang berjatuhan ditengah lukisan keriput diwajahnya, namun masih nampak tenang dan anggung.

ya...Dia adalah Ratu dirumah kami, kepribadiannya yang tenang meneduhkan sering kali menjadi oase ditengah gersangnya kehidupan keluargaku.

" Ma, ada apa..?" tanyaku sambil menghampiri mama, kuletakkan tas kerjaku disela tumpuk-tumpukan baju yang berserakan dilantai.

" Itu rumah kita hampirmi terbakarkiNak, gara-gara kostletki tiang Listrik diatas seng rumah kita.."

" Lho saya kira sudah diperbaiki sama PLN..?" tanyaku lagi sambil mengambil posisi duduk berhadapan dengan Mama, untuk membantunya merapikan pakaian-pakaian yang numpuk dalam bungkusan sarung dan seprai.

"Tidak tahu juga nak, katanya listrik itu sudah diperbaiki dan tidak akan rusak lagi, bagaimana sebenarnya kerja Pe el en (PLN.red) itu? kenapa orang bodoh yang ia kirim kerumah..?? atau karna kita sering nunggak bayar listrik jadi kita dapat pelayanan seperti ini..??, coba kalau rumahnya Pak Yusuf Kalla yang rusak listriknya mungkin Direkturnya sendiri yang turun tangan.."

Aku terdiam, kutahu bukan maksud Mama mengatakan petugas PLN itu bodoh, itu mungkin hanyalah gambaran singkat dari kinerja para petugas PLN yang bukan satu dua kali ini aku dengarkan tentang keluhan atas kerja mereka.

Kalau biasanya keluhan tentang PLN itu tertangkap oleh mataku dikolom publik service koran-koran yang berisi komentar-komentar pedas mengenai kinerja PLN itu, kini aku menemukan komentar itu begitu nyata dihadapku.

Lalu aku tertawa geli sendiri dalam hati, setelah menemukan fakta yang baru aku temui dihadapku.

Seorang perempuan tua 64 Tahun yang hanya mengecap pendidikan sampai kelas dua es de (SD) disekolah rakyat dipedesaan terpencil, kini tengah berteriak lantang mengatakan petugas PLN itu bodoh, yang nyata-nyata pendidikan mereka jauh lebih tinggi diatas Mama.

Duh..mama mudah-mudahan tidak ada petugas PLN yang lewat dan mendengar ucapan Mama barusan he..he...

Tapi aku segera sadar, kalau perkataan Mama barusan menjadikan obrolan ini akan menarik, buru-buru kubuka brangkas pertanyaanku untuk kuhibahkan kepada Mama.

" lalu apa yang diperbuat petugas PLN waktu kerumah kita..?"

Kurang tahu juga nak, karna baru saja datang kerumah, padahal dari jam satu siang dihubungi jam 6 sore baru datang, aduh kelewatan sekali rasanya petugas pe el en itu, mau balas dendam yah sama kita? karna kita sering tunggak listrik? jadi dia juga menunggak-nunggak waktunya untuk menolong kita? padahal bukan rumah kita saja yang mati lampu, seluruh rumah distapak 7 dan stapak 6 ikutan padam gara-gara Listrik yang koslet ini "

Aku terkekeh pelan mendengar ucapan Mama, mimik wajahnya nampak begitu serius, aku seolah-olah menjadi seorang reporter TV yang tengah mewawancarai narasumbernya.

Dan Narasumber itu adalah Mama, dan kayaknya Mama juga menangkap kesan yang kurasakan ketika kulihat Mama mengaitkan rambut putihnya yang terjatuh diwajahnya dibalik lipatan daun telinganya yang juga tak terlepas dari garis penuaan, yah mungkin agar terlihat lebih rapi didepan kamera dalam imajinasi kami masing-masing.

" Coba bayangkan Nak, Listrik itu sudah berapa kali mengeluarkan letupan sampai tetangga sudah menjerit ketakutan, tapi PLN yang dihubungi kerumah mengatakan kalau petugas PLN itu sudah sedari tadi kerumah, tapi kenapa kok bisa lama..??

Padahal jarak dari kantor PLN kerumahkan dekat, tidak cukup 10 menit sampai kerumah, iyakan..??" lanjut mama lagi.

AKu segera menganguk tanda setuju sama Mama, yah kalau berjalan berapa meter depan lorong rumahku, kami warga yang menghuni Perumnas Toddopuli pasti bisa melihat gedung PLN yang berdiri kokoh menjulang tinggi, bahkan diwaktu lebaran kami selalu berduyung-duyung jalan bersama kelapangan yang ada didepan gedung PLN untuk melakukan Sholat Id, hmm...jadi tidak ada alasan jika petugas PLN terlambat menolong kami

"Apa orang pe el en itu tidak berpikir? kalau sudah dihubungi berkali-kali berarti kondisi sudah gawat? karna bukan hanya Mama yang menelpon, Pak RT juga menelpon, tetangga-tetangga juga menelpon, berpuluh-puluh kali bahakan mungkin ratusan kali.

Bahkan Kakakmu yang tengah kerja saat Mama hubungi ditempat kerjanya sudah bermaksud menjemput petugas pe el en itu, kalau memang petugas pe el en itu tidak punya kendaraan.

Didesak begitu eh...orang pe el en itu berkata kalau petugas yang mau kerumah lagi ada diarea Antang ( berjarak sekitar 10 kilometer dari perumahan kami)

Ah...omong kosong itu pe el en, tega-teganya ia mempermainkan kita, apa pe el en itu cuma punya satu tehknisi ?"

Kali ini aku tak tertawa ataupun menganguk tanda setuju, tapi keningku berkerut parkataan Mama membuatku berpikir sejenak Iya..yah..apa dikantor PLN itu hanya punya satu tekhnisi PLN? hmmm...entahlah, pikiranku menerawan!

"Makanya Papamu itu udah putus asa menunggu kedatangan petugas pe el en, jadi menyuruh kami untuk siap-siap menyelamatkan isi rumah yang bisa diselamatkan, terus bapakmu tadi mondar-mandir ambil air kebelakang hingga sesak nafas.

Yah..persiapan saja siapa tahu terjadi betul kebakaran, karna petugas PLN yang ditunggu terlambat sekali datangnya.

Siapa yang tahu jika musibah betul-betul datang..?? apalagi sudah ada tanda-tandanya.
(Jipratan api yang terus keluar dari letupan listrik yang bisa menyebabkan kebakaran merupakan peringatan tentang adanya kemungkinan kebakaran akan terjadi jika tidak segera ditanggulangi, dianggap mama sebagai peringatan akan musibah itu.)

" Lagian kalau rumah kita terbakar, apa pe el en itu mau bertanggung jawab..???

Ah..ngga mungkin, kejadian berapa tahun saja waktu PLN menaikkan tekanan tingkat tingginya secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan kepada warga, banyak warga yang perobatan rumah tangganya rusak waktu itu.

memang pe el en mau berjanji mau perbaiki, tapi apa..??

Sampai sekarang saja petugas pe el en itu, tak perna datang kerumah untuk mengganti lampu teras kita yang cuma 25 watt yang pecah itu, padahal nyata-nyata kita laporkan!

padahal kalau dipikir inikan kesalahan Pe el en? tapi mana tanggung jawabnya..?? uh... pe el en itu cuma gayanaji' (cuma bisa bergaya doank.red)

Nah sekarang giliran kita menunggak listrik saja, eh bergantian sudah petugas pe el en datang kerumah bawa surat ancaman segel persisi Tukang kredit!

tapi begitu tiba giliran listrik kita yang rusak, kenapa tiba-tiba kehabisan petugas..???

padahal Gedung PLN itukan besar sekali, masa' cuma punya satu petugas PLN?

kalau memang kurang, kenapa ngga membuka lowongan kerja..??

pasti banyak yang mau mendaftar, kecuali kalau pake uang lagi untuk bisa kerja di PLN!" tandas Mama dengan emosi yang meluap-luap.

Aku hampir saja tak percaya jika tak mendengarnya langsung, kalau kalimat ini ku dengar dari seorang perempuan yang menyandang gelar IRT (Ibu Rumah Tangga. red)

Terakhir aku mendengarnya mentak-mentak waktu aku masih duduk kelas dua es se ma (SMA), ketika itu anjing tetanggaku memburuku tiba-tiba hampir saja aku digigit, untunglah Mama melihat kejadian itu dan segera melempari anjing itu dengan batu bata dan bukan cuma sampai disitu aksi Mama, ia kemudian mendatangi rumah tetanggaku dan mengancam akan membunuh anjing itu jika terus dibiarkan berkeliaran.

Yah...itu terakhir kali aku menatap mama dengan mata terbelalak tak percaya terhadap apa yang dilakukan.

Dan sekarang kedua kalinya Mama kembali membuatku terbelalak tak percaya!!

Bagai memuntahkan uneg-uneg yang terpendam yang hampir saja menjadi fosil dihati mama, ucapan mama mengalir begitu deras aku tak mampu membendungnya sampai aku harus menghela napas panjang diakhir ucapan mama barusan, kulihat mama juga melakukan hal yang sama seolah-olah puas telah melampiaskan beban selama ini yang terpendam.

kami berdua terdiam, terperangkap dalam pikiran masing-masing, entah apa yang dipikiran mama sekarang, ku lihat ia masih nampak serius merapikan pakaian-pakaian yang menumpuk.

Dalam bongkahan pikiranku perlahan kurasakan ucapan Mama seperti suntikan DHA dan ARA yang dimasukkan keotakku,menyusup, meresap diantara sel-sel otakku dan siap bekerja dalam jarinagn otakku, aku tak bisa membayangkan apa yang akan dihasilkan..!!

tak terasa kami berdua telah tiba di lipatann terakhir, oleh mamaku dimasukkan lipatan terakhir itu dilemari pakaian.

Dan Mama kembali berkata padaku, kupikir masih ada beban yang tertinggal, hampir saja aku bermaksud mengatakan pada Mama untuk memberiku sedikit rehat, tapi syukurlah aku salah tebak!

" Kamu pasti belum makan, pergilah makan, kamu kelihatan kecapean sekali dari kantor, kamu kan belum istirahat.."

" Ngga mak, aku lagi kenyang.." jawabku sambil berdiri dari tempat dudukku.

" kenyang apa diet..?" ejek Mama yang langsung disusul tawaku.

Aku tertawa dengar Mama menyindirku, inilah Mamaku sedetik yang lalu ia bak seorang aktifis perempuan yang berkoar-koar tentang ketidakadilan hidup dinegeri yang sama-sama kita perjuangkan ini.

dan seditik kemudian tanpa bisa ditebak ia bisa saja menjelma menjadi seorang kawan yang mengejekku!

Ah...mama..mama......

***


Kulangkahkan kaki menuju teras rumah, kulihat Gentong,Ember, bahkan Baskom sayur mama juga terisi air.

rupanya mereka sudah bersiaga satu untuk siap bertempur menyelamatkan aset majikannya. walaupun harus berganti fungsi tentunya!

Kuhela napas panjangku melihat langit malam yang mulai dihiasi bintang-bintang kecil yang masih tersipu malu menampakkan sinarnya diantara kabut yang perlahan mulai menepi.

ku eratkan sweeter yang kering dibadan, entah karna sekedar iseng atau kurang kerjaan, aku melangkah menyusuri lorong-lorong rumahku.

tak lama kemudian diseberang jalan raya depan kompleks perumahanku aku berdiri dari kejauhan menatap gedung yang bertengker kokoh itu. sekedar memastikan apakah gedung itu masih bernama PT. PLN PERSERO atau tidak..?

ternyata gedung itu masih bernama PT. PLN PERSERO, malah lebih gagah dari pertama kali aku melihatnya.

Bahkan gedung berlantai 6 tersebut menjadi saksi bisu perjalananku kesekolah waktu jaman SMA dulu, karna sekolahku tak jauh dari gedung PLN itu, aku sering mengasoh sejenak dibawah pohon yang tumbuh disekitaran gedung PT.PLN hanya demi menghilangkan lelah dan mengapus peluh keringat saat terik mentari membakar tubuhku saat berjalan pulang kerumah.

Lalu ku tatap lekat gedung PT.PLN itu dengan seksama dan perlahan aku seperti menyusuri lorong de javu tentang diriku dan gedung PLN itu.

waktu pertama kali mengenal mata pelajaran Akuntansi, iseng-iseng aku memikirkan berapa aset yang dimiliki PLN?? pastilah banyak sekali, jutaan millyar...?? bukan..bukan...pasti triyunan milyar! iyakan...?? bahkan angka-angka yang ada dipikiranku saat itu yak terjangkau dalam digit kalkulatorku.

Dan tiap kulihat mobil-mobil operasi PLN,serta jejeran jenis kendaraan yang terparkir didepan gedung PLN, aku beranalisa pastilah karyawannya banyak sekali, fasilitas didalam pasti lengkap, semua karyawan disana pasti makmur-makmur. ku yakini analisaku itu tidak salah waktu itu. karna tiap hari kulihat orang-orang PLN memakai pakaian yang bagus-bagus, bahkan juru parkirnya memakai seragam.

lalu dengan pikiran polosku, aku menduga bahwa bank Mandiri sengaja membangunkan gedung fasilitas ATM dipekarangan gedung mereka, agar uang yang berlebihan yang mereka miliki tidak disimpan diBank lain, hanya di Bank Mandiri. ya...aku sangat yakin itu!

Apalgi melihat sepanjang jalan Hertasning yang ada hanya gedung-gedung megah PT. PLN yang berjejeran semua tertata dengan arsitektur yang menunjukkan kelas mereka.

Ah..aku merasa memiliki kebanggaan tersendiri bisa menjadi saksi kejayaan PLN itu, kelak aku akan menceritakan pada anak cucuku betapa aku dulu sering berlindung dibawah pohon didepan kantor PLN itu.

Ya..walaupun hanya sebuah pohon, tapi orang-orang menyebutnya pohon PLN karna tumbuh disekitaran perkantoran PLN. setidaknya aku terjimprat kemegahan PLN bukan..?? ah..betapa bangganya aku saat itu...

***


Sejenak aku menarik napas panjang mengakhiri penulusuranku dilorong-lorong waktu bersama memoarku terhadap Gedung PT. PLN itu.


Dan entah mengapa malam ini, dibumi makassar tempatku berpijak tak jauh dari gedung PT. PLN itu, tak kurasakan euforia akan dia lagi, malam ini aku merasakan Analisaku terhadap PLN itu berguguran satu persatu seperti runtuhnya perlahan-lahan teori Charles Darwin tentang penciptaan Manusia pertama dimuka bumi ini.

semuanya menguap terbang terbawa angin malam yang mulai berhembus pelan.

dan seperti mendelete satu file dikomputer, kulakukan itu secepatnya pada memory Si tak (otakku.red) untuk menghapus euforiaku terhadap PLN yang rencananya akan kuceritakan kelak kepada anak dan cucuku. namun kini aku tak bergairah lagi!

Aku kemudian membalikkan tubuhku meninggalkan tempatku berdiri menatap gedung PLN itu, meninggalkan jejak euforia tentang PLN, bersama gerimis yang kembali turun dan bintang dilangit yang kembali menyembunyikan cahanya dibalik kabut awan yang mulai menebal lagi, kutembus malam itu dengan berlari-lari kecil menuju rumahku.

dan kembali kutemui Gentong, Ember, Baskom sayur Mama yang masih nampak bersiaga satu diteras rumahku. walaupun keadaan telah aman tentram.

Lalu aku berhenti menatap ketiganya, auranya seperti memancarkan semangat Patriot Sultan Hasanuddin yang tak gentar melawan penjajahan Belanda, semangat pasukan Ramang yang bergemuruh didada para penggilanya " EWAKO..!!"

Lalu aku kembali berpikir, andai para penghuni gedung PLN itu memiliki sedikit saja aura semangat Gentong, Ember dan Baskom sayur mama, mungkin malam ini aku tak akan perna mendengar mama berkoar-koar seperti tadi, dan mungkin malam ini pula aku tak perlu kehilangan euforiaku kepada PLN.

Ah..sudahlah...toh mereka bukan Gentong, Ember, Baskom yang perlu siaga satu melindungi rumahku bukan..??

Lalu buru-buru aku membereskan Gentong, Ember, dan baskom sayur mama, untuk aku kembalikan kehabitat mereka masing-masing.

sekilas saat aku melewati ruang keluargaku, di Televisi nampak kulihat Iklan layanan PLN untuk meminta masyarakat menghemat Listrik dengan slogan kebanggannya dan belum sempat iklan itu selesai, buru-buru kulihat Mama memencet tombol remote TV untuk pindah kesaluran lain, bisa kutangkap jelas kalimat yang terketsa diwajahnya yang nampak muak itu, yang coba kuterjemahkan dalam bahasa Ratu Elisabeth " Have You' gotta kidding me..?"

dan akupun tersenyum lirih sendiri membayangkan kejadian hari ini yang menimpa kami, sambil mengeja pelan dalam hati slogan PLN yang masih tersisa dalam memoryku :

" MENUJU HIDUP YANG LEBIH BAIK"

ya...ya...ya...hampir saja hari ini kami sekeluarga menuju hidup yang lebih..titik...titik...titik...titik..........!

***



Bumi Makassar ku, 01:45 WITA
Bersama Laptop pinjaman, 21 februari 2008


Mhimi
http://mhimi.bloggaul.com

=========================================

Note :

1. DHA/ARA = adalah zat alami yang terkandung dalam ASI (air susu ibu) selain itu dapat juga ditemukan dalam susu formula bayi, berfungsi untuk meningkatkan kerja sel otak agar pertumbuhan otak bisa maksimal sehingga anak diharapkan mencapai tingat kecerdasan yang lebih baik lagi.

2. Pasukan Ramang = adalah julukan kepada team PSM, yang diambil dari nama pemain PSM yang sangat legendaris bernama Ramang!

3. EWAKO = dalam bahasa makassar yang bisa diartikan " Ayo lawan" atau " semangatlah..". kata EWAKO juga dijadikan yel-yel untuk menyemangati team PSM saat bertanding.!

4. Stapak 6 dan Stapak 7 = selevel dengan kalimat lorong 6 dan lorong7, adalah area tempat aku tinggal, tempat terjadinya listrik yang koslet yang menyebabkan para warga dilorong 6 dan 7 memadamkan listrik secara bersamaan untuk mencegahnya kejadian yang tidak diinginkan.

5. kata Ki' pada kalimat " kanapaki" adalah istilah penekanan pada dialek makassar yang artinya kira-kira " anda kenapa?"

6. kata " mi" pada kalimat " hampirmi'" hampir sama dengan istilah penekanan pada kata "ki" yang artinya kira-kira " hampir saja"

7. Sultan Hasanuddin = adalah Pahlawan kebanggan Makassar, Raja Gowa yang dijuluki "Ayam Jantan dari Timur" karna semgat patriotnya saat melawan penjajahan di zaman belanda.

8. Ratu Elizabeth = "Gubrak..!! hari gini ngga kenal beliau..??, Ok. dech dia Neneknya pangeran william anak dari Pangeran Charles dan Putri Diana (alm), dia tinggal di Inggris dan fasih banget berbahasa Inggris he..he..he.., bahasa Ratu Elisabeth yang aku gunakan pada cerpen diatas adalah pelesetan dari "BAHASA INGGRIS"

9. Charles Darwin = adalah Ilmuwan dari Australia yang menggegerkan dengan penemuannya tentang manusia pertama dibumi yang banyak ditentang oleh para Ilmuwan lain, dan perlahan-lahan teori-teorinya mulai runtuh, untuk lebih jelas datengi dan tongrongin situsnya Harun Yahya..!

kalau masih ada kalimat yang belum dimengerti, commentar aja dibawah. Ok..??

betewe ini cerpen biasa aja kok, bukan cerpen ilmiah wakkk...!

=========================================

Cerpen ini persembahan khusus buat warga Perumnas Toddopuli 4 Stapak 6 dan 7, yang sering kali bermasalah dengan PLN yang gedungnya tak jauh dari tempat tinggal kami, thanks keributan minggu kemaren jadi inspirasi buat neh cerpen..!

sekaligus untuk inspirasi terbesarku Mama dan Papa, I love you..!

0 comments:

Post a Comment