Sunday, December 23, 2007

Cinta Dan Benci

Mungkin anda sudah lebih dulu tahu dari saya ternyata sebaliknya dari cinta bukanlah benci, bukan juga marah. Sebaliknya dari cinta adalah "tidak peduli" Marah pada tingkat pertama, atau benci pada tahap berikutnya, sebenarnya "juga" merupakan ungkapan cinta, hanya dibaca secara terbalik. Orang yang Marah atau benci itu "masih peduli" dengan orang yang dimarahinya, masih penuh perhatian, cuma saja ketika itu cara dia membaca fakta fakta berbeda dari biasanya. Marah adalah ungkapan peduli, cinta yang diejawantahkan dengan "kasar" sedang benci adalah "kerinduan pecinta
yang putus asa" Benar kata orang bahwa "Ujung cinta adalah benci, dan ujung benci adalah cinta"

Kalau saya lagi "cinta" sama isteri, terus dianya lagi lelah, suka jadi marah euy … Tapi kalau saya abis marah sama dia, ee…h suka jadi "cinta", tuh bener khan pepatah tadi ….. Cinta dan benci itu selembar benang merah saja jaraknya, sama sama "sambung rasa" bedanya cuma masalah asumsi dan interpretasi ….

Contoh lain ada seorang wanita didatangi laki laki, mengajaknya menikah awalnya dia tidak suka bahkan benci bukan main, tapi si laki laki itu shabar, dia datang lagi … datang lagi dan datang lagi, tentu saja si wanita tambah benci. Tapi ketika suatu sa’at sang laki-laki tidak datang, dia jadi bertanya tanya "Koq tidak datang yah ??" Ooo h ternyata
kebenciannya telah bersemi menjadi kasih. Saking benci dia jadi penuh peduli, apa apa dari si laki laki dia perhatikan dan dia benci, tapi lama … lama …. Tuh bener khan ujung benci itu adalah cinta ….

Contoh lain, orang yang bikin demo, tereak tereak memprotes pemerintahnya, bikin rusuh memberontak, apakah mereka tidak mencintai negaranya ? Justru mereka amat mencintai negaranya, hingga dia tidak rela negara yang dicintainya demikian dan demikian …. Cuma karena "cinta terkadang buta", mereka tidak sadar kalau "Tindakan Cintanya" malah merugikan fihak yang dicintainya setengah mati itu ….. Maka dari itu resep mujarab untuk menetralisir tindakan cinta yang tidak proporsional
tadi, proses pendidikan, pendekatan persuasif perlu dilakukan sehingga masing masing fihak bisa mencinta secaramatang dan penuh tanggung jawab. Jadi sampai di sini saya berkesimpulan bahwa cinta dan benci adalah paralel disambung oleh peduli bisa merubah citra ungkapannya seperti yang saya jelaskan tadi.

Pantas sabda nabi SAW, kalau mencintai sesuatu sederhana saja, boleh jadi suatu ketika yang engkau cintai itu jadi kau benci, demikian juga sebaliknya, kalau membenci sesuatu, sedang sedang saja, boleh jadi yang tadinya kau benci itu jadi kau sukai"

Tapi "tidak peduli" nah ini benar benar satu wujud sikap tidak menyinta" Kita tidak mau tahu lagi, tidak ada perhatian lagi, apapun yang dilakukan oleh fihak yang tidak kita pedulikan, tidak lagi beresonansi dengan jiwa kita, tidak pula berdenting kasih, tidak pula bergetar marah. Seperti melihat "kadal" benci enggak, takut enggak, jijik enggak,
suka enggak, ah pokoknya tak peduli aja ….. EGP >>> Emang Gue Pikirin …
Karepmu … Ora Urus Blas …..

Anda setuju khan dengan saya (lho koq maksa) bahwa sebaliknya dari cinta itu adalah tidak peduli ?????

Nah sekarang …..

Ketika anda punya adik yang sudah besar besar, apapun yang mereka kerjakan tidak jadi perhatian anda, cuma berkata : yah masing masing sudah dewasa, sudah bisa menempuh jalannya sendiri sendiri …..
apakah ketika itu anda masih mencintai saudara anda ????

Bila anda seorang bapak dengan anak anak yang telah dewasa, kemudian anda berkata " Saya sudah membesarkannya, kini mereka punya prinsip sendiri sendiri, mereka adalah pemilik tindakannya sendiri, tokh mereka sudah dewasa" bila itu menjadi alasan anda tidak lagi pedulikan apakah mereka berlaku baik atau tidak, dengan siapa mereka berteman, bagaimana mereka bergaul … Apakah anda masih mencintai
anak anak anda ????

Ketika anda berkata : "Yah beginilah hidup di kota, masing masing sibuk dengan dirinya, atau anda berkata : Sudah jangan pedulikan urusan orang, dia - dia, kita ya kita, …..

Apakah ketika itu anda masih mencintai masyarakat anda ????

Pernah Nabi Musa bertanya kepada Alloh : Ya Alloh mengapa kalau
kekasihMu melakukan kesalahan segera engkau tegur dengan mushibah,
sedang orang kafir bila durhaka tidak engkau segerakan bala bagi mereka ?

JawabNya : Wahai Musa, sesungguhnya urusan diantara dua orang yang
saling menyinta adalah "Besar" …."

Semakin saling menyinta, semakin peduli, semakin saling memperhatikan,
sedang semakin tidak menyinta, maka jelas akan semakin tidak peduli ..

Apakah benar kita kini sedang saling menyinta ?????

Apa kriterianya ??? Karena tidak saling marah marahan ????
Karena tidak saling usilan urusan lain ?
Karena tidak saling mengkritik ….

Saling membiarkan dan sekedar manggut kalau ketemu ????

Ah sepertinya kita sudah tidak saling menyinta ….

0 comments:

Post a Comment